Matahari, berasal dari dua kata, yaitu mata dan hari. Jadi matahari adalah “matanya Hari” atau dengan kata lain “mata milik Hari”. Seperti pada kata halilintar yang berasal dari dua kata, yaitu hari dan lontar. Kata hari berubah jadi hali ( huruf r berubah jadi l) dan lontar berubah jadi lintar (i berubah jadi o), artinya (ada) Hari yang sedang melontar (tombak api). Jadi siapakah Hari itu?
Hari adalah nama lain Wisynu sebagai penguasa angkasa. Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi di angkasa disebut dengan nama “hari”, misalnya, pagi hari, siang hari, senja hari, dan yang sedang kita bicarakan:matahari.
Sampai sekarang menjadi kebiasaan di Jawa Tengah bila ada petir atau kilat, supaya selamat orang menyebut “Hari”, tetapi karena salah dengar, orang menyebut “Nderi” atau “Gandrik” di tambah “putune Ki Ageng Selo”, “Hari! (saya) cucu Ki Ageng Selo.” Ki Ageng Selo adalah tokoh dalam cerita rakyat, khususnya Demak, Jawa Tengah. Konon menurut yang mempunyai cerita, Ki Ageng Selo dapat menangkap petir, lalu petir itu dipenjarakannya di Masjid Demak. Atas permintaan isteri Sang Petir, maka petir dibebaskan dengan syarat tidak boleh menggangu lagi anak cucu Ki Ageng Selo. Kata “nderi” atau “gandri(k)” putune Ki Ageng Selo untuk memperingatkan Sang Petir agar tak lupa pada janjinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar