Arsen (Arsenic)
Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor, dan sering digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu.
Jika berada dalam bentuk unsur, maka arsenik tidak berbahaya. Tapi jika dalam bentuk oksidanya yaitu arsen dioksida, maka bersifat racun yang berbentuk serbuk putih serta larut dalam air. Arsenik tidak berasa dan sukar untuk dideteksi. Makanan atau minuman yang dicampur arsenik tidak akan berasa. Senyawa ini dulu disebut 'bubuk warisan' karena digunakan untuk membunuh orang agar bisa mendapatkan warisannya dan kematiannya biasanya dianggap wajar.
Gejala-gejala keracunan arsenik akut dapat terjadi dalam dua bentuk. Pertama mengakibatkan kelumpuhan parah yang dapat terjadi dalam waktu 1-2 jam dan biasanya sering ditandai dengan tanda-tanda mengigau atau kegilaan. Sedangkan yang kedua dalam gangguan pencernaan seperti mual, sakit kepala, nyeri hebat, muntah dan diare.
Seseorang yang terpapar zat ini dalam dosis yang tidak mematikan, kedepannya dapat menyebabkan keracunan kronis dan karsinogenik (zat penyebab kanker). Karenanya arsenik masih menjadi perdebatan terhadap keselamatan pekerja di industri yang masih menggunakan arsenik seperti insektisida atau perusahaan pembasmi gulma serta ekstraksi bijih timah dan tembaga.
Beberapa tokoh yang pernah keracunan arsenik adalah Napoleon Bonaparte, Huo Yuanjia dan Munir. Zat arsenik dapat mematikan dengan cara merusak sistem pencernaan orang tersebut sehingga menyebabkan kematian karena shock. Hal ini pula yang terjadi pada Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis ini sebelumnya diyakini meninggal akibat kanker lambung. Tapi setelah hampir seratus tahun baru diketahui bahwa ia meninggal akibat keracunan arsenik berdasarkan analisis rambutnya yang mengandung arsenik dengan dosis di ambang batas aman.
Botulisme
Botulisme adalah penyakit infeksi paling berbahaya yang disebabkan oleh bakteri Clostridium botulinum. Selain itu bakteri ini dikenal sebagai bakteri anaerob yaitu dapat bertahan hidup, mereproduksi dirinya sendiri serta menghasilkan racun yang paling mematikan dan efektif pada tingkat oksigen yang sangat rendah. Racun dari bakteri ini dikenal paling kuat sehingga dilarang penggunaannya sebagai senjata biologis dalam peperangan.
Racun dari bakteri ini akan menyerang sistem saraf dan membuat seseorang meninggal dengan rasa sakitnya. Infeksi racun ini menyebabkan kelumpuhan akut pada kedua sisi saraf tubuh (saraf karnial) dan saraf yang melakukan kontrol otomatis serta kesadaran dalam tubuh.
Racun yang menyebabkan botulism, yang sangat berpotensi racun, bisa sangat merusak fungsi syaraf. Racun botulism melumpuhkan otot dengan menghambat pelepasan pada neurotransmitter acetycholine dari syaraf. Botulism bisa mulai dengan mulut kering, penglihatan ganda, dan ketidakmampuan untuk fokus pada mata atau dengan gangguan lambung.
Sianida (Cyanide)
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano C≡N, dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Beberapa seperti-garam, beberapa kovalen. Beberapa molekular, beberapa ionik, dan banyak juga polimerik. Senyawa yang dapat melepas ion sianida CN− sangat beracun.
Sianida terkadang masih suka digunakan di pertambangan untuk mengekstraksi emas dan perak. Hal ini yang masih menjadi kontroversi terhadap keselamatan penambang emas dan perak, karena kebocoran sianida bisa mempengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup di sekitarnya.
Racun sianida bahkan terkandung dalam biji buah apel. Namun anda tidak perlu khawatir, karena sianida yang terkandung dalam biji apel ini sangat sedikit. Diperlukan kira-kira satu keranjang besar yang penuh berisi biji apel untuk mencapai dosis yang mampu membunuh anda dengan kandungan sianida di dalamnya.
Sianida merupakan racun yang berpotensi mematikan, karena zat ini membuat tubuh tidak dapat menggunakan oksigen untuk mempertahankan tubuhnya. Zat ini bisa berbentuk gas seperti hidrogen sianida atau dalam bentuk kristal seperti potasium sianida atau sodium sianida.
Gas sianida dapat diserap melalui inhalasi (paru-paru), kulit atau ingesti (mulut menuju perut) dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Jika zat ini masuk ke dalam tubuh bisa menghambat kerja enzim tertentu di dalam sel, mengganggu penggunaan oksigen oleh sel dan dapat menyebabkan kematian sel. Pada dosis tertentu, zat ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu 15 menit saja akibat kekurangan oksigen.
Racun sianida biasanya dioleskan pada pinggir gelas, botol minum atau disuntikkan ke dalam batu es. Sianida hanya bereaksi sebagai hidrogen sianida bebas, oleh karena itu garam-garam yang ditelan harus bertemu dengan air atau asam lambung sebelum membebaskan asam hidro-sianida, proses ini hanya butuh waktu beberapa detik. Penggunaan racun sianida untuk bunuh diri digunakan tokoh kontroversial Nazi, Hitler yang diduga minum kapsul sianida sebelum menembakkan kepalanya.
Tetrodotoksin (Tetrodotoxin)
Tetrodotoksin, juga dikenal dengan nama "tetrodox" dan umumnya disingkat menjadi TTX, adalah sejenis neurotoksin yang dikenal tidak memiliki penawar racunnya. Tetrodotoksin menghambat potensial aksi saraf dengan berikatan dengan pori-pori saluran natrium pada membran sel saraf.
Zat ini biasanya terdapat di dalam ikan puffer (ikan buntal) dan bisa menyebabkan keracunan tetrodotoksin neurotoksin, ikan ini banyak terdapat di Asia terutama di Jepang. Orang yang keracunan tetrodotoksin biasanya setelah mengonsumsi ikan puffer atau ikan buntal dalam jumlah tertentu. Namun terkadang racun ini ditemukan masuk ke dalam aliran darah atau melalui luka yang terbuka.
Dosis 25 miligram tetrodoksin murni bisa mematikan dan diperkirakan efeknya melebihi sianida. Namun jika diberikan melalui injeksi, dosis tetrodotoksin untuk mencapai dosis yang mematikan lebih kecil lagi yaitu sekitar 1,5 mg.
Racun ini akan terkonsentrasi di hati, organ kelamin dan kulit binatang. Selain itu zat ini akan tetap stabil jika terkena suhu tinggi dan larut dalam air. Zat ini berbentuk heterosiklik kecil dan molekul organiknya dapat bekerja secara langsung di saluran elektrik natrium yang aktif di jaringan saraf. Karenanya orang yang keracunan zat ini disebabkan oleh kerusakan saraf.
Sabtu, 28 Mei 2011
Zat-zat beracun yang paling BERBAHAYA bagi manusia!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar