Perempuan di kota besar seperti Jakarta banyak memilih menikah dengan bule (orang kulit putih). Selain cinta alasan lainnya adalah untuk memperbaiki keturunan. Benarkah pernikahan antar ras menghasilkan keturunan unggul?
Ahli demografi William H Frey, seperti dikutip dari Bnet, Kamis (28/1/20101) mengatakan meningkatnya tren menikah antar ras dikarenakan faktor imigrasi dan domisili yang menyebabkan bertemunya berbagai ras. Contohnya yaitu pada pelajar yang menuntut ilmu lintas negara atau orang bekerja di luar negaranya.
Pernikahan antar ras biasanya lebih banyak terjadi pada golongan muda. Hampir sepertiga orang Asia antara umur 15 hingga 24 tahun menemukan pasangan dari ras atau grup yang berbeda. Pasangan menikah beda ras biasanya punya tingkat kesuburan yang lebih rendah dibanding pasangan menikah satu ras.
Perbedaan rhesus adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan pernikahan antar ras. Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tidaknya substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D.
Umumnya, bangsa Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa ber-rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas keturunan.
Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, bayi pertama mereka memiliki kemungkinan ber-rhesus negatif atau positif. Jika bayi memiliki rhesus negatif, tidak bermasalah. Tetapi, bila buah hati ber-rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya.
Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin yang dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan. Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan mengakibatkan kematian janin. Sebaliknya, tidak masalah jika sang ibu ber-rhesus positif dan si ayah negatif.
Sepasang orang tua memiliki dua tipe gen yang berbeda, yaitu dominan dan resesif. Gen yang lebih dominan akan menghasilkan keturunan sesuai gen yang ada dalam tubuhnya. Gen itulah yang menentukan ciri-ciri fisik seperti tipe atau ukuran hidung, tinggi badan, warna kulit, rambut dan lainnya.
Alasan orang-orang menikah dengan bule untuk memperbaiki keturunan mungkin disebabkan karena secara fisik, orang bule memiliki fisik yang lebih baik seperti hidung mancung, badan tinggi, kulit putih dan lainnya. Namun secara mental, belum tentu menikah dengan bule lebih baik atau menghasilkan anak yang unggul.
Faktor gen unggul memang memiliki peranan besar dalam menghasilkan keturunan unggul, tapi faktor lingkungan juga punya pengaruh yang cukup besar. Meskipun seorang anak punya gen unggul dari orangtuanya, tapi jika tidak pernah distimulasi dan mendapat rangsangan dari lingkungan, gen unggul itu lama kelamaan bisa melemah.
(fah/ir-detik)
Ahli demografi William H Frey, seperti dikutip dari Bnet, Kamis (28/1/20101) mengatakan meningkatnya tren menikah antar ras dikarenakan faktor imigrasi dan domisili yang menyebabkan bertemunya berbagai ras. Contohnya yaitu pada pelajar yang menuntut ilmu lintas negara atau orang bekerja di luar negaranya.
Pernikahan antar ras biasanya lebih banyak terjadi pada golongan muda. Hampir sepertiga orang Asia antara umur 15 hingga 24 tahun menemukan pasangan dari ras atau grup yang berbeda. Pasangan menikah beda ras biasanya punya tingkat kesuburan yang lebih rendah dibanding pasangan menikah satu ras.
Perbedaan rhesus adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan pernikahan antar ras. Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tidaknya substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D.
Umumnya, bangsa Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa ber-rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas keturunan.
Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, bayi pertama mereka memiliki kemungkinan ber-rhesus negatif atau positif. Jika bayi memiliki rhesus negatif, tidak bermasalah. Tetapi, bila buah hati ber-rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya.
Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin yang dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan. Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan mengakibatkan kematian janin. Sebaliknya, tidak masalah jika sang ibu ber-rhesus positif dan si ayah negatif.
Sepasang orang tua memiliki dua tipe gen yang berbeda, yaitu dominan dan resesif. Gen yang lebih dominan akan menghasilkan keturunan sesuai gen yang ada dalam tubuhnya. Gen itulah yang menentukan ciri-ciri fisik seperti tipe atau ukuran hidung, tinggi badan, warna kulit, rambut dan lainnya.
Alasan orang-orang menikah dengan bule untuk memperbaiki keturunan mungkin disebabkan karena secara fisik, orang bule memiliki fisik yang lebih baik seperti hidung mancung, badan tinggi, kulit putih dan lainnya. Namun secara mental, belum tentu menikah dengan bule lebih baik atau menghasilkan anak yang unggul.
Faktor gen unggul memang memiliki peranan besar dalam menghasilkan keturunan unggul, tapi faktor lingkungan juga punya pengaruh yang cukup besar. Meskipun seorang anak punya gen unggul dari orangtuanya, tapi jika tidak pernah distimulasi dan mendapat rangsangan dari lingkungan, gen unggul itu lama kelamaan bisa melemah.
(fah/ir-detik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar